Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)

Pembacaan Alkitab: Kis. 6:1-7

 

Dalam Kisah Para Rasul 6:1-6 tercatat penunjukan tujuh diaken, dan dalam ayat 7 kita nampak pertumbuhan firman Allah dan pertambahan murid-murid. Kisah Para Rasul 6:1 mengatakan, “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian keperluan sehari-hari kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.”Masalah pertama yang tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul disebabkan oleh satu pasangan, Ananias dan Safira, yang berambisi dan tidak jujur. Tetapi dalam Kisah Para Rasul 6, kita nampak masalah lain, masalah bahasa atau ras. Kelihatannya masalah dalam gereja di Yerusalem adalah satu masalah bahasa yang berhubungan dengan orang-orang yang berbahasa Ibrani dan orang-orang yang berbahasa Yunani. Sebenarnya, masalah ini bukan tentang bahasa, melainkan tentang ras.

Para rasul melatih hikmat mereka untuk memecahkan masalah ini dan untuk memperhatikan berbagai orang kudus. Para rasul menyuruh kumpulan itu memilih tujuh orang yang telah diuji dari antara mereka supaya ditunjuk untuk memenuhi keperluan itu. Ayat 5-6 mengatakan, “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokia. Mereka dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan menumpangkan tangan di atas mereka.” Karena tujuh orang ini dipilih untuk melayani meja, mereka dapat dianggap sebagai diaken, seperti orang-orang yang kemudian ditunjuk oleh Paulus dan sekerjanya dalam gereja-gereja (Rm. 16:1; Flp. 1:1; 1 Tim. 3:8).

Karena Petrus dan para rasul lainnya memikul tanggung jawab atas ministri firman, maka mereka memberikan pelayanan meja kepada orang-orang kudus lainnya. Menurut teladan ini, kita tidak boleh menggantungkan semua tanggung jawab di atas bahu kita sendiri, tetapi membagikan tanggung jawab kepada semua orang kudus. Pertama, kita dapat memberikan tanggung jawab kepada satu saudara. Kemudian kita harus memberikan tanggung jawab lain kepada saudara lainnya. Pembagian tanggung jawab ini diperlukan untuk perluasan kesaksian Tuhan. Penunjukan tujuh orang diaken untuk memperhatikan keperluan khusus itu adalah teladan yang sangat baik, dan kita perlu mengikutinya dalam kehidupan gereja hari ini.

Dari tujuh orang yang dipilih sebagai diaken, ada dua orang, Stefanus dan Filipus, yang memiliki karunia-karunia khusus. Dari pembicaraan Stefanus dalam pasal 7 kita dapat menyadari bahwa ia adalah seorang guru besar. Filipus juga memiliki satu karunia khusus, dan akhirnya ia dinyatakan sebagai seorang penginjil besar. Meskipun Stefanus dan Filipus memiliki karunia-karunia khusus, ketika mereka dipilih untuk melayani meja, mereka dengan rela melayani. Di sini kita memiliki satu teladan yang baik. Dari teladan Stefanus dan Filipus kita melihat bahwa tidak peduli apa jenis karunia khusus yang kita miliki, jika kita dipilih untuk melayani meja, kita harus rela melayani. Bila kita diminta untuk melayani, bahkan jika itu membersihkan kamar kecil, kita harus melayani dengan rela. Dalam kehidupan gereja, kita berada di bawah kasih karunia Tuhan dan berada di bawah kedaulatan-Nya. Karena itu, tanpa bersungut-sungut kita harus menerima kedaulatan Tuhan dan lingkungan yang diatur oleh Dia. Jika kita melakukan ini dan mengikuti teladan dalam Kisah Para Rasul 6, kita akan memiliki kehidupan gereja yang gembira dan menyenangkan.

Dalam penunjukan tujuh diaken, ada satu butir yang sangat tegas dan luar biasa. Yaitu, di antara tujuh diaken itu, tidak ada pemimpin yang ditunjuk. Ini menunjukkan bahwa tidak ada jabatan atau kedudukan yang dipandang. Semua diaken itu adalah pelayan-pelayan orang-orang kudus. Ini adalah satu teladan yang baik untuk kita pelajari dan ikuti agar kita dapat menghindarkan kepemimpinan dalam jabatan dan kedudukan dalam bentuk apa pun.

Kisah Para Rasul 6:7 mengatakan, “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” Kata “tersebar” dalam bahasa aslinya mengacu kepada pertumbuhan dalam hayat. Ini membuktikan bahwa firman Allah adalah perkara hayat yang bertumbuh bagaikan benih yang ditaburkan ke dalam hati manusia (Mrk. 4:14). Ayat 7 mengatakan bahwa banyak imam yang menyerahkan diri dan percaya. “Percaya” di sini adalah kepada kepercayaan yang obyektif, mengacu kepada bebagai aspek tentang Kristus yang dipercayai oleh kaum beriman. Seluruh wahyu Perjanjian Baru tentang persona dan pekerjaan penebusan Kristus adalah kepercayaan ekonomi Perjanjian Baru Allah (Rm. 16:26).

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru