Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)

Pembacaan Alkitab: Yoh. 13:1-11

Dalam berita ini kita akan melihat Yohanes 13, sebuah pasal yang sangat menarik dan bermakna. Pertama-tama kita harus mengetahui kedudukan pasal 13 dalam Injil Yohanes secara keseluruhan. Kedudukannya ialah sebagai titik putar dalam Injil.  Pembasuhan kaki yang terdapat pada pasal 13 sangat bermakna. Dalam pasal 13, titik putar Injil Yohanes ialah Tuhan membasuh kaki murid-murid-Nya. Ini sangat berarti.

Ayat 1 mengatakan bahwa Tuhan “... mengasihi orang-orang milik-Nya yang di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya.” Karena kasih ini, Tuhan membasuh kaki murid-murid-Nya. Jadi, pembasuhan kaki adalah masalah kasih, kasih yang sampai pada kesudahannya. Ayat 3 menunjukkan mengapa Tuhan membasuh kaki murid-murid-Nya. Sebab Ia tahu “bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah” (ayat 3). Pada saat itu, Ia tahu akan tiga hal: (1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya, (2) Ia datang dari Allah, dan (3) Ia kembali kepada Allah. Karena ketiga hal inilah Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. “Segala sesuatu” yang Bapa serahkan kepada-Nya terutama adalah murid-murid-Nya. Kedatangan-Nya dari Allah membawa Allah ke dalam murid-murid-Nya; sedangkan dalam kepergian-Nya kepada Allah, Ia harus meninggalkan murid-murid-Nya. Karena Ia datang dari Allah, dan membawa Allah ke dalam mereka, maka di dalam Dia terjalinlah suatu hubungan antara murid-murid dengan Allah.

Ketika Tuhan Yesus hendak membasuh kaki murid-murid-Nya, Ia menanggalkan jubah-Nya (ayat 4). Jubah di sini melambangkan kebajikan dan atribut Tuhan yang Ia ekspresikan. Jadi, Dia menanggalkan jubah-Nya, berarti Dia meletakkan apa adanya Dia dalam ekspresi-Nya. Kalau Tuhan tetap dalam semua apa adanya Dia dalam kebajikan dan atribut-Nya, Ia takkan dapat membasuh kaki murid-murid-Nya. Ketika Tuhan menanggalkan jubah-Nya, Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya (ayat 4). Mengikat pinggang melambangkan mengekang, membatasi diri dengan kerendahan hati (lihat 1 Ptr. 5:5). Dalam kerendahan hati Ia melepaskan kebebasan-Nya sehingga Ia dapat melayani murid-murid-Nya.

Tuhan membasuh kaki murid-murid dengan air (ayat 5). Di sini, air melambangkan Roh Kudus (Tit. 3:5), firman (Ef. 5:26, Yoh. 15:3), dan hayat (Yoh. 19:34). Tuhan telah datang melalui inkarnasi untuk membawa Allah ke dalam kita, dan Ia pergi melalui kematian dan kebangkitan untuk membawa kita ke dalam Allah. Kedua-duanya terlaksana di dalam roh kita. Dalam roh, kita telah dihubungkan kepada sesuatu yang surgawi, rohani, dan kekal; namun dalam tubuh kita, kita tetap berada di bumi. Walaupun kita telah memiliki hayat ilahi dan menjadi gereja, kita masih hidup di bumi, dalam tubuh daging yang telah jatuh ini. Melalui sentuhan dunia, kita sering menjadi cemar. Ini tak dapat dielakkan, karena kita tak dapat menghindari sentuhan dunia.

Kaki kita adalah anggota tubuh kita yang menyentuh bumi. Hari demi hari kita menyentuh bumi dengan kaki kita. Pada zaman dahulu, orang-orang Yahudi pergi ke mana pun dengan berjalan kaki, sehingga dengan sendirinya kaki mereka selalu menyentuh bumi. Bila mereka menyentuh bumi, kaki mereka pasti kotor. Maka, pembasuhan kaki betul-betul mereka perlukan. Secara rohani, ini sama halnya dengan kita.

Cemar berbeda dengan dosa. Berdosa adalah suatu perkara dan cemar adalah perkara lain. Mungkin Anda mutlak tak berdosa, namun sangat cemar. Mungkin tidak ada sesuatu yang salah, namun Anda cemar hanya karena sentuhan duniawi. Kita selalu menyentuh bumi dan ini membuat kita cemar. Akibatnya, kita sering kali tidak bersih. Karena itu kita perlu pembasuhan kaki.

Jangan mengartikan pembasuhan kaki hanya dalam arti jasmaniah, melainkan juga arti rohaniahnya. Karena ini adalah suatu lambang, makna pembasuhan kaki ialah demi persekutuan dengan Tuhan dan dengan satu sama lain. Dalam dunia ini, kita setiap hari menyentuh bumi. Jadi, pembasuhan kaki berarti ketika masih berada di bumi ini, Tuhan sebagai Roh pemberi hayat membasuh kaki kita, yakni Tuhan selalu memelihara jalan kita bersih dari setiap macam kotoran yang disebabkan oleh sentuhan dunia.

Sering kali Anda tidak berdosa, tetapi Anda kotor. Di mana-mana ada debu. Alangkah mudahnya terkena kotoran. Ketika Anda hidup di bumi, walau Anda duduk, tidak bergerak, juga bisa menjadi kotor. ketika Anda mengendarai kendaraan di jalan menuju balai sidang pun, mata Anda mungkin secara tak sengaja melihat sesuatu yang menyebabkan Anda menjadi kotor. Untuk perkara dosa kita perlu pembasuhan darah, tetapi untuk perkara yang kotor dan bukan dosa, kita perlu pembasuhan rohaniah. Kita perlu pembasuhan oleh Roh Kudus, firman hidup, dan hayat yang di dalam.

Sekarang kita tahu akan makna sesungguhnya mengenai pembasuhan kaki, yaitu suatu tindakan untuk mempertahankan persekutuan dalam hayat. Menurut makna rohani lambang ini, kita perlu membiarkan Roh, firman hidup, dan hayat yang di dalam untuk membasuh semua cemar yang tertimbun pada kita ketika kita menempuh hidup dalam tubuh daging dan berjalan di bumi yang berdebu ini.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru