Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)

Pembacaan Alkitab: Kis. 3:1-26

 

Jika kita membaca Kisah Para Rasul 3, kita akan nampak bahwa Tuhan adalah Hamba Allah, Yang Kudus, Yang Benar, dan Perintis Kehidupan. Kita juga akan memperhatikan waktu kelegaan yang dibicarakan dalam ayat 20. Dalam pengalaman kita Kristus sendiri adalah waktu kelegaan itu, karena Dia adalah kenikmatan, perhentian, dan damai sejahtera kita.

Pernahkah Anda mendengar bahwa Anda dapat menikmati Tuhan? Jika kita menikmati Kristus, kita akan memiliki waktu kelegaan. Kita dapat memiliki waktu kelegaan hanya dengan berseru kepada nama Tuhan Yesus. Serulah “O Tuhan Yesus!” maka Anda akan berada dalam waktu kelegaan. Kapan saja kita terbelenggu, kita perlu berseru kepada nama Tuhan. Kemudian kita akan dapat berkata, “Amin, Tuhan Yesus! Aku sekarang berada dalam waktu kelegaan.” Saya mendorong Anda menikmati waktu kelegaan dengan berseru kepada nama Tuhan. Sungguh nikmat berseru kepada nama-Nya! Kadang-kadang saya lupa diri karena bersukacita dalam Tuhan sambil berseru kepada-Nya dan menikmati waktu kelegaan. Hari demi hari, dari pagi hingga malam, kita dapat menikmati waktu kelegaan hanya dengan berseru kepada nama Tuhan. Berseru kepada nama Tuhan bukanlah suatu praktik yang baru dalam Perjanjian Baru. Berseru kepada nama Tuhan ini dimulai dari Enos, keturunan ketiga umat manusia (Kej. 4:26), dan dilanjutkan oleh banyak orang beriman lainnya (lihat catatan 211 dalam Kis. 2).

Jika kita membaca Perjanjian Lama dari Kejadian 4 sampai Yesaya 12, kita akan menemukan cara berseru kepada Tuhan. Yesaya khususnya menunjukkan bahwa kita perlu berseru kepada Tuhan dengan penuh sukacita: “Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: ‘Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!’” (Yes. 12:3-4). Kita menimba air dari mata air keselamatan dengan berseru kepada nama Tuhan sambil bersukacita. Bahasa Yunani untuk “berseru” dalam 2:21 adalah epikaleo, yang terdiri dari epi, kepada, dan kaleo, berseru dengan menyebut namanya, yaitu berseru dengan bersuara, bahkan dengan nyaring, seperti yang dilakukan Stefanus (7:59-60). Dari hal ini kita nampak bahwa berseru kepada nama Tuhan adalah berseru kepada-Nya dengan bersuara. Kapan saja kita berseru kepada-Nya, kita berada dalam waktu kelegaan.

Sang Penyembuh dalam Kisah Para Rasul 3 ini menakjubkan. Kita harus berpaling dari kesembuhan dan memperhatikan Sang Penyembuh. Kita mengapresiasi kesembuhan, tetapi kita jauh lebih mengapresiasi Sang Penyembuh. Penyembuh ini adalah Dia yang melalui-Nya semua keluarga di bumi, semua ras, warna, dan kebangsaan, akan diberkati. Dia adalah Hamba Allah, dan Yang Kudus, Dia yang mutlak bagi Allah. Sebagai Yang Benar, Dia benar terhadap Allah, terhadap manusia, dan terhadap segala sesuatu yang di surga dan di bumi. Selain itu, Dia adalah Perintis Kehidupan. Dia bukan hanya hayat Dia adalah Pemula hayat, sumber, dan asal hayat. Dia juga mendatangkan waktu kelegaan. Ketika kita mengontak Dia, kita berada dalam waktu kelegaan. Penyembuh ini juga adalah Nabi yang berbicara bagi Allah dan mengutarakan Allah. Akhirnya, Dia adalah keturunan (Abraham) yang melalui-Nya semua bangsa di bumi akan diberkati. Dia benar-benar Sang Penyembuh! Daripada memperhatikan kesembuhan, lebih baik kita menikmati Sang Penyembuh. Asal kita memiliki Sang Penyembuh ini, kita akan memiliki waktu kelegaan.

Setelah menyajikan Kristus sebagai Sang Penyembuh dalam berbagai aspek, Petrus mengungkapkan satu perkataan kesimpulan dalam ayat 26: “Bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan membuat kamu masing-masing berbalik dari segala kejahatanmu.” Allah telah mengutus kembali Kristus yang naik ke surga, pertama-tama kepada orang-orang Yahudi dengan mencurahkan Roh-Nya pada hari Pentakosta. Karena itu, Roh yang Allah curahkan itu adalah Kristus yang dibangkitkan dan ditinggikan ke atas segala tingkat langit oleh Allah. Ketika para rasul memberitakan dan melayankan Kristus ini, Roh itu dilayankan kepada orang-orang.

Pada waktu Petrus membicarakan firman yang tercatat dalam ayat 26 ini, Hamba Allah telah naik ke surga dan tetap ada di sana. Meskipun demikian, Petrus memberi tahu orang-orang bahwa Allah telah mengutus Kristus untuk memberkati mereka. Apakah artinya? Sebenarnya, Allah telah menerima Kristus ke dalam surga. Tetapi Petrus mengatakan bahwa Allah telah mengutus Dia yang naik ini kepada umat. Allah mengutus Kristus yang naik ini kepada umat Yahudi dengan cara mencurahkan Roh itu. Ini menyiratkan bahwa Roh yang dicurahkan itu sebenarnya adalah diri Kristus yang naik itu. Ketika Roh yang dicurahkan itu sampai kepada orang-orang, itu adalah Kristus, Dia yang telah naik, yang diutus oleh Allah kepada mereka. Dari hal ini kita nampak bahwa Roh yang dicurahkan itu identik dengan Kristus yang naik. Dalam ekonomi Allah, Kristus dan Roh itu adalah satu bagi kenikmatan kita.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru