Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (14)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (13)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (12)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (11)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (10)
Perkembangbiakan di Yerusalem, Yudea, dan Samaria melalui Ministri Sekelompok Sekerja Petrus (9)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (4)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (3)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (1)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (2)
Pembasuhan Hayat dalam Kasih untuk Hayat dalam Kasih untuk Mempertahankan Persekutuan (1)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (2)
Hasil dan Perkembangbiakan Hayat (1)
KEPERLUAN ORANG YANG MATI — KEBANGKITAN HAYAT (2)
PENYALURAN ALLAH TRITUNGGAL UNTUK MENGHASILKAN TEMPAT TINGGAL-NYA (2)

Pembacaan Alkitab: Yoh. 14:2-3, 6, 17-18, 21; Rm. 12:5; 1 Kor. 3:6

 

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal (Yoh. 14:2). Frasa “tempat tinggal” (jamak) dalam ayat 2, dalam bahasa aslinya sama dengan “tempat tinggal” (Tl.) dalam ayat 23. Apa arti “tempat tinggal” itu? Banyak tempat tinggal mengacu kepada banyak anggota Tubuh Kristus (Rm. 12:5), dan Tubuh ini adalah Bait Allah (1 Kor. 3:16-17). Tubuh Kristus memiliki banyak anggota, dan masing-masing anggota adalah sebuah tempat tinggal. Jadi, banyak tempat tinggal berarti banyak anggota Tubuh, hal ini bisa dibuktikan oleh ayat 23 yang mengatakan bahwa Tuhan dan Bapa akan membangun sebuah tempat tinggal bersama orang-orang yang mengasihi Dia.

“Aku pergi” dalam ayat 2, berarti Tuhan akan pergi melalui mati dan bangkit, membawa manusia ke dalam Allah, untuk membangun tempat tinggal Allah. Dalam ayat 2 Tuhan berkata, “Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Tuhan hanya mempunyai satu pekerjaan. Dia tidak mungkin menyiapkan bagi kita satu tempat di surga, dan serentak membangun sebuah gereja di bumi. Ini tidak logis. Jika kita menjajarkan kedua bagian firman ini, kita akan nampak bahwa menyediakan tempat tinggal tak lain adalah membangun gereja. Bagi pembangunan gereja, Tuhan harus pergi menyediakan tempat. Dan tahap terakhirnya ialah membangun Yerusalem Baru (Why. 21:2). Kini Tuhan sedang membangun gereja. Pembangunan gereja ini sama dengan pembangunan Yerusalem Baru. Allah hanya mempunyai satu pembangunan membangun tempat kediaman-Nya yang hidup dari umat tebusan-Nya.

“Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu”, artinya Tuhan akan menggenapkan penebusan, membuka jalan agar manusia beroleh tumpuan untuk dibangun ke dalam Allah. Berarti Tuhan akan membentangkan jalan agar kita bisa berada di dalam Allah. Inilah inti pemikiran dari pasal ini. Jika kita ingin membiarkan Allah tinggal di dalam kita, kita harus terlebih dulu masuk ke dalam Dia. Jika kita tidak masuk ke dalam Dia, Dia tidak akan bisa masuk ke dalam kita. Begitu kita tinggal di dalam Allah, saat itulah Dia akan tinggal di dalam kita.

Namun, bagaimana mungkin orang dosa seperti kita ini masuk ke dalam Allah? Pernahkah Anda menghitung berapa banyak rintangan (penghalang) yang terletak di antara Anda dengan Allah? Rintangan yang pertama ialah sifat dosa; yang kedua ialah perbuatan dosa; yang ketiga ialah dunia; keempat ialah Iblis penguasa atau penghulu dunia; dan yang kelima ialah maut. Selain itu tubuh daging, ego, dan manusia lama juga menambah sekatan antara kita dengan Allah. Semua unsur pemisah: sifat dosa, perbuatan dosa, dunia, Iblis, maut, tubuh daging, dan ego haruslah disingkirkan. Kemudian baru kita bisa mendekati Allah, bukan sekadar ke hadapan Allah, bahkan ke dalam Allah.

Untuk ini, perlu beberapa pekerjaan, beberapa persiapan. Tuhan perlu melakukan pekerjaan persiapan. Dia harus pergi, bukan ke surga, tetapi ke salib untuk menyingkirkan semua aral rintangan. Di atas salib, Tuhan telah menyingkirkan segala rintangan di antara kita dengan Allah. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan tidak hanya telah membuka jalan yang menuju ke dalam Allah, tetapi juga telah menyediakan suatu tumpuan bagi kita di hadapan dan di dalam Allah.

Dalam ayat 3 Tuhan berkata, “Apabila Aku telah pergi ... Aku akan datang kembali.” Dengan kata lain, Dia datang dalam kepergian-Nya. Kepergian Tuhan bukanlah perpisahan-Nya, melainkan langkah lain dari kedatangan-Nya. Kematian dan kebangkitan Tuhan merupakan langkah selanjutnya dari kedatangan-Nya. Kepergian-Nya kepada maut merupakan kedatangan-Nya ke dalam kita.

Tuhan berkata, “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku” (ayat 3). Tuhan membawa murid-murid-Nya kepada diri-Nya itu berarti Dia menaruh mereka ke dalam diri-Nya, seperti yang ditunjukkan dengan frasa “kamu di dalam Aku” dalam ayat 20.

Dalam ayat 3, Tuhan mengatakan bahwa Dia akan membawa kita kepada diri-Nya: “di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Di manakah Tuhan? Apakah Dia di surga? Tidak, Dia berada di dalam Bapa. Tuhan menginginkan murid-murid-Nya juga berada di dalam Bapa (ayat 17, 21). Karena Tuhan berada di dalam Bapa, maka Ia pun akan membawa kita masuk ke dalam Bapa. Jalan untuk kita memasuki Allah adalah Tuhan sendiri. Tuhan sendiri adalah jalan yang hidup yang membawa manusia ke dalam Allah Bapa, tempat yang hidup. Dalam ayat 6, Tuhan Yesus pun mengatakan bahwa Dia adalah realitas (LAI: kebenaran). Jalan memerlukan realitas. Jika Tuhan bukan realitas Anda, Dia takkan menjadi jalan Anda. Realitas memerlukan hayat. Tuhan sendiri adalah hayat di dalam kita. Hayat ini mendatangkan realitas kepada kita, dan realitas ini menjadi jalan yang membuat kita bisa masuk ke dalam Bapa. Bapa, Persona yang hidup adalah tujuan; sedangkan Putra, Persona yang hidup adalah jalan. Melalui Putra, kita masuk ke dalam Bapa. Jalan maupun tujuan kedua-duanya adalah Persona yang hidup. Melalui kematian dan kebangkitan Putra, kita semua telah masuk ke dalam Bapa. Sekarang, Putra di dalam Bapa, kita juga di dalam Bapa, karena kita di dalam Putra.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru