Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Firman Hayat Itu
Allah Yang Mahamulia
Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
Teladan Tuhan
Menghasilkan Banyak Buah
Tuhan, Marilah dan Lihatlah
Peringatan Akan Hari Itu
Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
Sejarah di balik perayaan natal
Buanglah ragi yang lama itu!
Pemuliaan
Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya

“Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada."

(Yohanes 14:3)

 

Dalam ayat 3 Tuhan berkata, “Apabila Aku telah pergi . . . Aku akan datang kembali.” Perkataan ini membuktikan bahwa kepergian Tuhan (melalui mati dan bangkit) adalah kedatangan-Nya kembali (kepada murid-murid-Nya — ayat 18, 28). Ini berarti kepergian-Nya itu sama dengan kedatangan-Nya. Dengan kata lain, Dia datang dalam kepergian-Nya. Kepergian Tuhan bukanlah perpisahan-Nya, melainkan langkah lain dari kedatangan-Nya. Kematian dan kebangkitan Tuhan merupakan langkah selanjutnya dari kedatangan-Nya. Kepergian-Nya kepada maut merupakan kedatangan-Nya ke dalam kita. Tujuan Tuhan adalah masuk ke dalam murid-murid-Nya. Ia datang di dalam tubuh daging (1:14), juga berada di tengah-tengah murid-murid-Nya, tetapi di dalam tubuh daging, Dia tidak dapat masuk ke dalam mereka. Dia perlu mengambil langkah lebih lanjut dengan melewati mati dan bangkit agar Dia ditransfigurasi dari daging menjadi Roh, demikian Dia bisa masuk dan tinggal di dalam murid-murid, seperti yang diwahyukan dalam ayat 17-20. Setelah kebangkitan-Nya, Dia benar-benar datang dan menghembuskan diri-Nya sendiri, yaitu Roh Kudus, ke dalam murid-murid (20:19-22). Jadi, kepergian-Nya justru adalah kedatangan-Nya.

Izinkanlah saya menggunakan ilustrasi dari cerita yang pernah terjadi di Taiwan beberapa tahun yang lalu. Pada suatu hari, saya membeli sebuah semangka yang besar. Saya membawanya ke rumah dan meletakkannya di atas meja makan; semua anak saya tergiur. Kemudian semangka ini kami bawa ke dapur. Salah seorang di antara anak-anak saya berteriak, “Semangka itu jangan dibawa pergi!” Saya menyuruh mereka untuk tenang, karena dibawa perginya semangka itu memungkinkan mereka untuk memakannya, sehingga semangka yang besar itu bisa masuk ke dalam mereka. Semangka tersebut harus melalui suatu proses, dipotong-potong. Beberapa menit kemudian, semangka yang besar itu datang kembali kepada mereka dalam bentuk potongan-potongan kecil. Semua anak merasa gembira. Tidak lama kemudian, semangka itu telah habis sama sekali. Ke mana perginya? Ke dalam anak-anak. Akhirnya, semua anak menjadi “anak-anak semangka”. Diambilnya semangka itu bukanlah kepergiannya saja. Kepergian itu justru adalah kedatangannya yang lebih lanjut ke dalam anak-anak. Yesus ibarat buah semangka tadi. Bagaimana murid-murid dapat menelan Dia? Itu mustahil? Dia harus melalui suatu proses, dipotong menjadi potongan-potongan. Dia pergi ke atas salib dan di sana Dia dipotong, juga proses, bukan saja sampai berupa irisan-irisan, tetapi juga berupa sari buah semangka yang baik untuk diminum. Kini, Yesus bukan sekadar buah semangka, tetapi juga sari buah. Siapa saja yang minum Yesus, Yesus akan masuk ke dalamnya. Yesus pergi melalui kematian supaya Dia bisa datang kembali sebagai Kristus di dalam kebangkitan yaitu Roh yang masuk ke dalam roh kita.

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru