Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Firman Hayat Itu
Allah Yang Mahamulia
Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
Teladan Tuhan
Menghasilkan Banyak Buah
Tuhan, Marilah dan Lihatlah
Peringatan Akan Hari Itu
Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
Sejarah di balik perayaan natal
Buanglah ragi yang lama itu!
Pemuliaan
Teladan Tuhan

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. "

 (Yohanes 13:14-15)

 

Ketika Tuhan membasuh kaki murid-murid, Ia menanggalkan jubah-Nya. Kita telah nampak bahwa dalam arti kiasannya, jubah melambangkan kebajikan dan atribut Tuhan dalam ekspresi-Nya. Jadi, menanggalkan jubah-Nya berarti melepaskan apa adanya Dia dalam ekspresi-Nya. Kalau Tuhan mempertahankan ekspresi kebajikan dan atribut-Nya, Ia takkan dapat membasuh kaki murid-murid. Demikian juga, bila Anda hendak membasuh kaki orang lain, Anda perlu mengesampingkan pencapaian Anda, kebajikan, dan atribut Anda. Inilah kerendahan hati yang sejati, kerendahan hati yang murni. Kita perlu merendahkan diri kita sampai taraf demikian supaya kita bisa membasuh kaki orang lain.

Dalam Alkitab, jubah melambangkan apa yang kita lakukan dan bagaimana kita berperilaku. Apa pun yang kita lakukan dan bagaimanapun kita bertindak, itulah jubah kita. Kalau Anda berperilaku baik, berarti Anda mengenakan jubah yang indah, sesuatu yang elok dan mulia. Tetapi kalau Anda hendak melayani pembasuhan kaki dalam arti rohani kepada orang lain, Anda harus melepaskan apa yang telah Anda capai, apa yang telah Anda lakukan, dan bagaimana tindakan Anda. Menanggalkan jubah Anda berarti merendahkan diri Anda, mengosongkan diri Anda, menyingkirkan sesuatu dari diri Anda, mengupas sesuatu dari diri Anda.

Menanggalkan jubah kita dan merendahkan diri kita untuk membasuh kaki orang lain bukan suatu perkara yang mudah. Seandainya seorang saudara dengan tanpa sadar telah menyakiti saya. Walaupun ia tidak sadar telah menyakiti saya, saya merasa tersinggung. Apa yang harus saya lakukan? Saya harus memandang Tuhan, mohon belas kasih-Nya agar saya tidak mengutuk saudara saya, sebaliknya saya perlu membasuh kakinya. Kalau saya mencoba membasuhnya tanpa anugerah, akibatnya terjadi badai yang besar. Mengapa? Karena ia telah menyakiti saya, saya mudah saja menegurnya, walaupun sesungguhnya saya tak berniat melakukannya. Saya perlu menanggalkan jubah saya dan merendah ke tarafnya. Bila kita merasa seseorang telah menyakiti kita, kita selalu menganggap diri kita lebih tinggi daripada orang itu. Kita menganggap ia lebih rendah, bahkan menganggapnya telah merugikan kita, sehingga patut kita tuntut. Di sinilah letak kesukarannya. Anda perlu menanggalkan jubah Anda, merendahkan taraf Anda, dan turun dari takhta Anda. Dalam satu arti, menanggalkan jubah Anda berarti turun dari takhta Anda. Janganlah duduk di atas takhta, menghakimi saudara Anda dengan berkata, “Kamu menyakiti aku. Kamu menyakiti aku.” Selama Anda bersikap demikian, ekor serigala akan muncul. Akhirnya, Anda akan memarahi saudara yang menyakiti dan akibatnya terjadilah pertengkaran, karena ia akan menyangkal bahwa ia telah berbuat sesuatu yang menyakiti Anda. Seluruh situasi menjadi kacau.

 

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru