Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Artikel Terbaru
Firman Hayat Itu
Allah Yang Mahamulia
Yesus Kristus Sang Batu-Penyelamat
PENGHIBUR DAN KEDAMAIAN HAYAT
Kepergian-Nya adalah Kedatangan-Nya
Teladan Tuhan
Menghasilkan Banyak Buah
Tuhan, Marilah dan Lihatlah
Peringatan Akan Hari Itu
Ahli-Ahli Taurat dan Janda Yang Miskin
Memperingati Tuhan sampai Dia datang kembali
Tinjauan Alkitab tentang perayaan natal
Sejarah di balik perayaan natal
Buanglah ragi yang lama itu!
Pemuliaan
Buanglah ragi yang lama itu!

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 5:7-8
 

       Aliran kekristenan tertentu telah mengambil banyak hal milik berhala dan mencampurkannya dengan hal-hal milik Kristus (Kingdom, p. 119). Kita harus membedakan antara kelahiran Kristus dengan hari Natal. Kelahiran Kristus adalah tepung halus, dan hari Natal adalah ragi. Dalam Matius 1 tercantum kelahiran Kristus sebagai tepung halus. Hari Natal ditambahkan ke dalamnya sebagai ragi. (Kingdom, p. 464). Kita mau Kristus, tetapi kita tidak mau suatu misa. (Life-study of Revelation, p. 158)
 

       Tahukah Anda bahwa asal usul hari Natal adalah penyembahan berhala? Hari Natal, 25 Desember, dirayakan untuk ulang tahunnya dewa matahari. Aliran kekristenan tertentu telah membawa masuk hari raya berhala, dan membuat 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. (Kingdom, p. 119).
 

       Ketika Kekristenan diterima sebagai agama negara tahun 313 M, orang-orang biasanya merayakan 25 Desember sebagai suatu festival bagi dewa kafir mereka. Agar tidak mengecewakan orang-orang, gereja yang berkuasa pada waktu itu mengusul-kan agar festival itu dipertahankan sebagai perayaan bagi kelahiran Kristus. Ini adalah ragi jahat. (Kingdom, p. 350)
 

       Orang-orang yang belum percaya ini tetap ingin merayakan hari ulang tahun dewa mereka. Jadi untuk mengakomodasi mereka, gereja yang murtad mengumum-kan tanggal 25 Desember menjadi hari kelahiran Kristus. (Life-study of Revelation, p. 158)
 

       Hari Natal adalah menghujat Kristus, dan tidak seorang Kristen pun yang ber-hati nurani murni berhubungan dengan itu. Sebagaimana yang dibuktikan oleh buku “The Two Babylons” (Dua Babel), hari Natal berasal dari penyembahan berhala bangsa Eropa. Berabad-abad sebelum era Kristen, pada tanggal 25 Desember, para penyembah berhala di Eropa merayakan hari kelahiran dewa matahari. Ketika Konstantinus memeluk Kekristenan, dia mendorong warga Roma untuk menjadi Kristen, dan dia memberi hadiah bagi ribuan orang yang mau dibaptis. Beribu-ribu orang yang tidak tahu apa-apa tentang Kristus dibaptis dan masuk ke dalam Kekristenan, membawa kebiasaan penyembahan berhala mereka. Kemudian, nama Kristus dihubungkan dengan kelahiran dewa matahari yang dirayakan pada tanggal 25 Desember. Dalam prinsipnya, perayaan hari Paskah juga sama. Tentu saja, selama tiga setengah tahun kesusahan besar, semua orang Kristen akan membuang semua hal demikian seperti hari Natal, hari Paskah, penyembahan Maria, dan semua penyembahan berhala. (Life-study of Revelation, pp. 585-586)
 

       Di Timur Jauh, bahkan banyak orang yang tidak pernah menyeru nama Tuhan Yesus tapi merayakan hari Natal sebagai hari libur. Pada tanggal 25 Desember mereka berpesta untuk dansa dan menyebutnya a holy day (suatu hari yang kudus). (Kingdom, pp. 349-350)

               

       Banyak orang Kristen mungkin beralasan dengan mengatakan bahwa hari Natal adalah waktu yang sangat baik untuk memberitakan Injil, mereka akan mengam-bil kesempatan untuk memberitakan Kristus. Ini adalah ragi dan adalah kelicikan musuh. Hari raya Paskah juga adalah ragi. Saat aliran kekristenan tertentu masuk ke China, mereka bahkan merangkul penyembahan terhadap leluhur. Banyak hal-hal duniawi dan hawa nafsu ditambah-kan ke dalam hal-hal milik Kristus untuk menghasilkan suatu campuran. Mata kita perlu terbuka untuk nampak campuran ini. (Kingdom, p. 119)
 

       Apabila engkau hendak mempersem-bahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti bundar yang tidak beragi… (Imamat 2:4a). Menurut Imamat 2:4, Allah tidak mengijinkan adanya ragi yang ditambahkan ke dalam kurban sajian. Kurban sajian harus tanpa ragi. Gereja yang murtad mengklaim bahwa orang-orang tidak akan menerima Kristus tanpa ragi hari Natal dan hari Paskah. Kristus adalah adonannya; misa adalah raginya. Christmas adalah Christ ditambah “mas,” adonan ditambah ragi. Kebangkitan Kristus ditambah ragi menjadilah hari raya Paskah. (Kingdom, p. 123)

 

       Apapun yang bukan berasal dari Roh dan bukan milik Kristus adalah ragi. Ragi adalah sesuatu yang ditambahkan untuk membuat sesuatu enak dimakan. Tanpa ragi, roti akan menjadi keras, dan akan sulit dimakan dan dicerna. Mereka mengatakan bahwa mereka harus membuatnya menjadi mudah bagi orang-orang untuk menerima Kristus. Mereka mengatakan bahwa Kristus itu misterius, spiritual, dan abstrak dan orang-orang memerlukan lukisan-Nya untuk memahami Dia. Manusia alamiah kita senang menggunakan metode-metode tertentu untuk membuat hal-hal rohani menjadi lebih mudah dicerna. Inilah yang Alkitab sebutkan sebagai ragi, dan kita harus waspada terhadapnya. Kita harus dimurnikan dari semua ragi. (Life-study of Matthew, p. 486)


      Dalam Alkitab, ragi selalu mengacu kepada hal-hal negatif. Ragi dapat membantu, tetapi secara negatif. Kalau kita memiliki hati yang terbuka dan tulus dengan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kehendak Allah, maka Dia akan memberi kita roh hikmat dan wahyu untuk melihat semua hal ini. (Kingdom, p. 125)


      Apakah Alkitab memerintahkan kita untuk memperingati kalahiran Kristus? Kalau anak-anak Allah mau mengajukan pertanyaan ini, mereka akan menerima penyinaran terang Allah. Sayangnya banyak orang Kristen yang telah melupakan pentingnya pertanyaan ini. Menurut Alkitab, selama perjamuan terakhir, Tuhan hanya meminta kita memperingati kematian-Nya. Dia tidak  memerintahkan kita untuk merayakan Natal, Dia pun tidak memerintahkan kita merayakan Paskah! Hal-hal ini adalah racun dari gereja yang murtad. Hanya orang yang percaya ke dalam Alkitab yang akan tahu akan hal-hal yang tidak Allah perintahkan dan hal-hal yang Dia perintahkan.


       Banyak yang berkata, “Allah tidak pernah menghentikan perayaan Natal.” Tetapi apakah Allah pernah memerintah-kan kita untuk menyelenggarakan Natal? Sungguh menyedihkan bila orang-orang Kristen mencari-cari dasar Alkitab untuk membenarkan dosa dan acara untuk daging mereka. Mereka berkata, “Alkitab tidak melarang ini, jadi mengapa kita tidak boleh melakukannya?” Oh, betapa saya berharap bahwa anak-anak Allah tidak berbicara seperti itu. Semoga Allah memberi kita kekuatan lebih untuk memampukan kita berkata, “Bagaimana mungkin kami berani melakukan apa yang tidak Allah perintahkan?” (Collected works of Watchman Nee, vol. 18, p. 249).

Sebarkan ke:
< Back
Artikel Terbaru