Home
Aktifitas
Arus Hayat
Arus Hayat Radio
Hubungi Kami
Arus Hayat Terbaru
Kisah Para Rasul - Senin, 27 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 19 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 18 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 17 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 16 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 15 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 14 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 13 Juli 2020
Apresiasi Kidung - Minggu, 12 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Sabtu, 11 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Jumat, 10 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Kamis, 9 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Rabu, 8 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Selasa, 7 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020
Kisah Para Rasul - Senin, 6 Juli 2020

Kristus sebagai Batu Penjuru 

 

Doa baca: “Datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” (1 Ptr. 2:4-5)

 

Dalam Yohanes 1 kita nampak bahwa Andreas membawa saudaranya, Simon Petrus, kepada Tuhan Yesus, “Yesus memandang dia dan berkata: Engkau Simon, anak Yohanes engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” Kemudian, di Kaisarea Filipi, Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” (Mat. 16:15). Petrus mengambil pimpinan mengumumkan, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup” (ay. 16). Dalam menjawab kepada Petrus, Tuhan berkata, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (ay.18). Di sini nama Petrus berarti batu, yang adalah bahan bagi pembangunan Allah. 

Perkataan Tuhan itu pasti telah memberi satu kesan yang dalam pada diri Petrus, sekalipun sepertinya ia tidak mengerti pada waktu itu. Namun, setelah Roh pemberi-hayat diembuskan ke dalamnya dan setelah Roh ekonomikal ditiupkan ke atasnya, Petrus menjadi seorang manusia rohani, seorang manusia dengan Roh esensial di dalamnya dan Roh ekonomikal di atasnya. Sebagai orang yang demikian, ia tentu mulai memahami perkataan Tuhan mengenai dirinya sebagai batu. 

Setelah memiliki pengertian ini, maka dalam Kisah Para Rasul 4 Petrus dapat menyajikan Tuhan Yesus sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan tetapi yang telah menjadi batu penjuru. Kemudian, pada masa tuanya, Petrus menulis surat kirimannya yang pertama, di dalamnya ia berbicara tentang Tuhan sebagai batu hidup dan tentang kaum beriman sebagai batu-batu hidup bagi pembangunan Allah.

Sebarkan ke:
< Back
Arus Hayat Terbaru